Selasa, 27 Mei 2014

Pengaruh Penggunaan Berbagai Metode Translasi Mata Uang Asing Terhadap Laporan Keuangan


Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing ternyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-­eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi internasional ini.

1.     Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.

2.     Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
Metode translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik atau metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
1.     Metode Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut.
2.     Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
3.     Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh. Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4.     Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5.     Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.


Demikian penulisan yang saya buat, mohon maaf jika ada kekurangan. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. 
Sumber : http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/

 Nama  : Dita Puji Lestari
 NPM   : 22210106
 Kelas   : 4EB17

Selasa, 22 April 2014

PENERAPAN IFRS DI INDONESIA


2.a       Pembahasan
            Batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan pemerintah untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012. ”Semua persiapan ke arah sana harus diselesaikan karena ini akan dimulai pada 1 Januari 2012. Coba dilihat dampak pada biayanya karena pengalihan standar akan menyebabkan timbulnya ongkos tambahan,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (5/5), saat menjadi pembicara kunci dalam seminar ”IFRS, Penerapan dan Aspek Perpajakannya”.
Perlukah Indonesia mengadopsi IAS/ IFRS?
            Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. ”Kalau standar itu dibutuhkan dan akan meningkatkan posisi Indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu dilakukan,” ujarnya.
            Selain IFRS, kutub standar akuntansi yang berlaku di dunia saat ini adalah United States General Accepted Accounting Principles (US GAAP). Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa, termasuk Inggris, menggunakan International Accounting Standard (IAS) dan International Accounting Standard Board (IASB).
            Setelah berkiblat ke Belanda, belakangan Indonesia menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Mula-mula PSAK IAI berkiblat ke Amerika Serikat dan nanti mulai tahun 2012 beralih ke IFRS.
            Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus.
  1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
  2. Mengurangi biaya SAK.
  3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
  4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
  5. Meningkatkan transparansi keuangan.
  6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
  7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.b       Ruang Lingkup
            Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri berdasarkan PSAK 101 dimana laporan keuangan disajikan secara lengkap yang terdiri dari komponen - komponen berikut ini:b Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
         1.         Neraca 
Dalam penyajian neraca, Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan PSAK 101 yang merupakan penyempurnaan dari PSAK 59 dalam hal informasi yang harus disajikan maupun urutan penyajiannya, yaitu disajikan berdasarkan karakteristiknya dan menurut urutan likuiditas. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan entitas syariah meliputi informasi yang terkait dengan asset, kewajiban, dana syirkah temporer, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, arus kas, dana zakat dan dana kebajikan.
         2.         Laporan Laba Rugi
Bank syariah mandiri menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan unsur-unsurnya secara berjenjang ( Multiple step) dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya, sehingga dapat tergambar antara pendapatan dan beban yang terjadi. Dalam penyajiannya Bank Syariah Mandiri sudah merincikan sesuai dengan pos-posnya meliputi: pos pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai Mudharib, pos hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer, pos pendapatan usaha lainnya, pos beban usaha, pos laba usaha, pos pendapatan dan beban non usaha, pos laba sebelum zakat dan pajak penghasilan, pos Zakat, pos laba sebelum pajak penghasilan, pos manfaat beban pajak penghasilan, pos laba bersih dan pos laba bersih per saham dasar.
         3.         Laporan arus kas
Untuk laporan arus kas bank syariah telah menyajikannya dengan lengkap sesuai dengan PSAK 101.
         4.         Laporan perubahan ekuitas
Untuk laporan perubahan ekuitas, Bank syariah mandiri sudah memuat laporan tersebut. Dengan adanya laporan tersebut maka penulisan laporan ini dapat di evaluasi.
         5.         Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
untuk laporan sumber dan penggunaan dana zakat, Bank Syariah Mandiri telah memuat terkait sumber penerimaan dan penggunaan dana zakat, meskipun tidak memerinci kegiatan sosial yang telah dilakukan, tetapi secara keseluruhan laporan telah dicatat secara baik. Dalam laporan tersebut juga memuat kenaikan atau penurunan dana zakat, saldo awal dan saldo akhirnya. Kondisi ini sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAK 101 paragraf 17 poin 70 mengenai laporan sumber dan penggunaan dana zakat.
         6.         Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan Bank syariah Mandiri penyajiannya sudah sesuai dengan PSAK 101 paragraf 30 poin 75 yang meliputi sumber dana kebajikan, pengguanaan dana kebajikan, kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan, saldo awal dan saldo akhir dana kebajikan.
         7.         Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan sudah disajikan secara sistematis dan disertakan dalam laporan tahunan yang diterbitkan.
2.c       Kesimpulan      
            Indonesia sangat perlu menggunakan IFRS, agar dapat meningkatkan posisi Indonesia bisa dipercaya di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sri Mulyani. Di Indonesia sudah menerapkan IFRS, contohnya Bank Syariah Mandiri menerapkan PSAK 101.
            Format Laporan Keuangan yang digunakan oleh Bank Syariah Mandiri adalah Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Modal, Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat, LaporanSumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, Catatan Atas Laporan Keuangan.
Demikian review Penerapan IFRS di Indonesia ini saya buat, semoga bermanfaat. Adapun sumber penulisan ini adalah :

NAMA  : DITA PUJI LESTARI
NPM     : 22210106
KELAS : 4EB17

Rabu, 19 Maret 2014

AKUNTANSI INTERNASIONAL

Nama : Dita Puji Lestari
NPM : 22210106
Kelas : 4EB17



Pengungkapan dan Pelaporan Bisnis Melalui Internet

            World Wide Web semakin banyak digunakan sebagai saluran penyebarluasan informasi, dimana media cetak sekarang memainkan peranan sekunder. Penyebarluasan informasi secara elektronik menawarkan keuntungan seperti tidak terlalu mahal dibandingkan penggunaan media cetak dan menawarkan komunikasi seketika. Perdagangan surat berharga dengan menggunakan internet telah meningkatkan permintaan terhadap pelaporan usaha dan keuangan berbasis web. Investor perorangan semakin menggunakan web untuk melakukan transaksi perdagangan dan membuat keputusan investasi, dan menggunakan web sebagai sumber informasi yang penting.
            Suatu perkembangan penting yang akan memfasilitasi pelaporan usaha berbasis web adalah Bahasa Pelaporan Usaha eXtensible (eXtensible Business Reporting Language – XBRL). XBRL merupakan tahap awal revolusi pelaporan keuangan. Sekali diterapkan, XBRL akan secara otomatis menerjemahkan informasi bisnis apapun yang dikehendaki, kata-kata atau angka sehingga informasi hanya perlu dimasukkan sekali. Penglompokkan XBRL telah dikembangkan untuk GAAP Amerika Serikat dan Jerman serta IFR, yang mampu membuat persiapan laporan keuangan sesuai dengan semua standar akuntansi ini.
Berikut ini adalah link yang menunjukkan alamat situs web untuk beberapa bursa efek diseluruh dunia. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bursa_efek
Bursa efek, regulator, dan peusahaan-perusahaan publik semakin banyak menggunakan internet untuk memberikan akses informasi perusahaan yang cepat dan murah kepada para pangguna laporan keuangan. Sebagai contoh, semakin banyak bursa efek yang sekarang ini menggunakan jasa berita elektronik untuk memberikan akses pengumuman dengan segera kepada seluruh perusahaan yang tercatat sahamnya.

Pengungkapan informasi mengenai saham dan pemegang saham
Sejumlah perusahaan di Eropa mengungkapkan informasi yang lebih ekstensif mengenai saham dan pemegang saham. Apa manfaat dari informasi ini ? Informasi tersebut terutama ditujukan pada pemegang saham saat ini dan pemegang saham prospektif. Kecenderungan data masa lalu dapat digunakan memprediksi pola dimasa yang akan dating. Saham akan lebih mudah dipasarkan jika saham tersebut diperdagangkan di beberapa bursa efek dan jika volume perdagangan tersebut cukup tinggi. Kepemilikan yang meyebar menunjukkan adanya peluang penjualan saham. Di sisi lain kepemilikian yang tersebar mengindikasikan bahwa perusahaan dikendalikan oleh pemegang saham dan tim manajemen perusahaan. Sementara kepemilikan yang terkonsentrasi berarti kekuasaan dimiliki oleh kelompok kecil. Meskipun praktik pengungkapan saham dan pemegang saham semakin berkembang, tetapi praktik ini belum tersebar luas.

Laporan Nilai Tambah
Laporan nilai tambah mula-mula digunakan di Eropa dan saat ini perusahaan dari luar Eropa terkadang menggunakannya. Laporan nilai tambah yang disusun oleh perusahaan Afrika Selatan, Bolton Footwear, menunjukkan bahwa nilai tambah kekayaan Bolton adalah R85.910 juta bagi perekonomian dunia di tahun 1998. Kontribusi ini diterima oleh kelompok berikut :
1.      Karyawan, dalam bentuk gaji, pension dan lain sebagainya.
2.      Penyedia modal, dala bentuk deviden kepada pemegang saham dan kepentingan kreditur.
3.      Pemerintah, dalam bentuk pajak.
4.      Bolton itu sendiri, sebesar jumlah dana yang diinvestasikan kembali di dalam bisnis.
Laporan nilai tambah mempresentasikan pandangan bahwa sebuah perusahaan merupakan penyedia kekayaaan kepada masyarakat dan keberadaan perusahaan merupakan faktor yang positif. Karena perusahaan ada, maka karyawan dipekerjakan, pemerintah menerima pajak lebih banyak serta investor dan kreditur mempertaruhkan dana mereka di dalam bisnis. Laporan nilai tambah ini merefleksikan bahwa perusahaan tidak hanya sekedar mencari laba.
Pengungkapan Karyawan
Pengungkapan karyawan merefleksikan sudut pandang bahwa kelangsungan keberhasilan perusahaan tergantung pada karyawan atau sumber daya manusia. Pengungkapan ini menyajikan informasi mengenai umur, gaji, pelatihan dan absensi karyawan.

Sumber: Choi, D.S. Frederick., Gary K. Meek.International Accounting.Salemba Empat

Jumat, 18 Oktober 2013

ETIKA PROFESI

KODE ETIK PROFESI PUSTAKAWAN

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dalam Pasal 1 ayat (8) dinyatakan bahwa Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pustakawan menyadari pentingnya mensosialisasikan profesi Pustakawan kepada masyarakat luas, dan perlu menyusun kode etika sebagai pedoman kerja.

Di dalam keterbukaan informasi, perlu akses informasi bagi kepentingan masyarakat luas. Pustakawan ikut melaksanakan kelancaran arus informasi dan pemikiran yang bertanggungjawab bagi keperluan generasi sekarang dan yang akan datang. Pustakawan berperan aktif melakukan tugas sebagai pembawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk mengatisipasi perkembangan dan perubahan di masa depan. Prinsip yang tertuang dalam kode etik ini merupakan kaidah umum Pustakawan Indonesia.

A.      Kewajiban Pustakawan
1.     Kewajiban kepada bangsa dan negara
Pustakawan menjaga martabat dan moral serta mengutamakan pengabdian dan tanggung jawab kepada instansi tempat bekerja, bangsa dan negara.
2.     Kewajiban kepada masyarakat
a.     Pustakawan melaksanakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada setiap pemustaka secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan prosedur pelayanan perpustakaan, santun dan tulus.
b.    Pustakawan melindungi kerahasiaan dan privasi menyangkut informasi yang ditemui atau dicari dan bahan perpustakaan yang diperiksa atau dipinjam pengguna perpustakaan.
c.    Pustakawan ikut ambil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat dan lingkungan tempat bekerja, terutama yang berkaitan dengan pendidikan, usaha sosial dan kebudayaan.
d.     Pustakawan berusaha menciptakan citra perpustakaan yang baik di mata masyarakat.
3.     Kewajiban kepada profesi
a.   Pustakawan melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pustakawan Indonesia dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.
b.     Pustakawan memegang prinsip kebebasan intelektual dan menjauhkan diri dari usaha sensor sumber bahan perpustakaan dan informasi.
c.     Pustakawan menyadari dan menghormati hak milik intelektual yang berkaitan dengan bahan perpustakaan dan informasi.
4.     Kewajiban kepada rekan sejawat
Pustakawan memperlakukan rekan sekerja berdasarkan sikap saling menghormati, dan bersikap adil kepada sejawat serta berusaha meningkatkan kesejahteraan mereka.
5.     Kewajiban kepada pribadi
a. Pustakawan menghindarkan diri dari menyalahgunakan fasilitas perpustakaan untuk kepentingan pribadi, rekan kerja dan pengguna tertentu.
b. Pustakawan dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dan kegiatan profesional kepustakawanan.
c.  Pustakawan berusaha meningkatkan dan memperluas pengetahuan, kemampuan diri dan profesionalisme.

B.      Sanksi
Pustakawan yang melanggar AD/ART IPI dan kode etik pustakawan Indonesia, dikenai sanksi sesuai pelanggaran dan dapat diajukan ke Dewan kehormatan Ikatan Pustakawan Indonesia untuk keputusan lebih lanjut. 

Sumber : http://www.google.com/url?q=http://pustakawan.pnri.go.id/uploads/document/Kode_Etik_Pustakawan.doc&sa=U&ei=wQVhUvKvK8K5rge_yYGoBg&ved=0CDYQFjAH&sig2=sg5r_N9wd-kQHWrnnl0I3A&usg=AFQjCNF1P91crogB3OMupDbiuISmi9AFRg